RADAR BANJARBARU, Tanah Laut – Bertepatan tanggal 22 April menjadi momen istimewa bagi para aktivis lingkungan di dunia untuk merayakan Hari Bumi Internasional, tak terkecuali aktivis lingkungan yang tergabung dalam organisasi Nayaka Cyber Indonesia, NGO yang berada di bawah naungan Yayasan Nayaka serta organisasi World Cleanup Day Indonesia.
Untuk merefleksikan peringatan Hari Bumi Internasional, puluhan aktivis lingkungan berkumpul dalam agenda Malam Refleksi Hari Bumi, Beach Cleanup dan pembagian stiker kampanye Hari Bumi kepada pengunjung pantai yang bekerjasama dengan Earth Day Network, lembaga nirlaba internasional yang berpusat di Washington Amerika Serikat.
Kegiatan yang dipusatkan di Pantai Dodiklatpur Rindam VI/MLW, yang terletak di Desa Muara Asamasam Kecamatan Jorong Kabupaten Tanah Laut ini dilaksanakan pada tanggal 20-21 April 2024 melibatkan beberapa unsur dan instansi terkait dengan mengusung tema internasional “Make Every Day Earth Day”.
Yamadipati, Head Project Operation Nayaka Foundation sekaligus Leader World Cleanup Kalimantan Selatan mengungkapkan jika kegiatan yang dilaksanakan murni pergerakan untuk lingkungan dan bumi yang lebih baik.
“Kami terbebas dari anasir politik apapun, meski kami datang dengan berbagai latar belakang berbeda tetapi dengan tujuan satu untuk masa depan bumi” ujar Yama.
Pada malam refleksi Hari Bumi Internasional, di bawah rerimbunan pohon dan temaram cahaya bulan seluruh aktivis yang terlibat melakukan diskusi terfokus dengan mengangkat isu berbagai aktivitas manusia yang melanggar batas toleransi ekologis, alih fungsi lahan dan kerusakan bentang alam yang semakin parah, serta peran abai pemerintah yang telah diberi otoritas hukum dan anggaran untuk menanggulangi berbagai kejadian alam.
Dewa Gede, aktivis WCD Tanah Laut, memantik diskusi dengan mengungkap bahwa bencana alam yang terjadi beberapa waktu terakhir menandakan bahwa Bumi sedang menunjukkan eksistensinya guna mengingatkan manusia agar lebih bijak dalam bertindak.
“Lantas bagaimana aksi yang harus kita lakukan untuk menyikapi peringatan Hari Bumi?,” tanyanya.
Menurutnya, aksi tentu tidak melulu soal unjuk rasa turun ke jalan dan demonstrasi. Banyak hal sederhana yang bisa kita lakukan untuk menyelamatkan bumi. Tentunya perubahan besar itu berasal dari hal kecil yang tidak kita sadari.
“Membuang sampah pada tempatnya sehingga tidak berakhir di sungai atau di perut hewan-hewan laut. Diet plastik dengan mengurangi atau berhenti menggunakan plastik sekali pakai, mematikan lampu jika tidak dipakai, makan sehat secukupnya sehingga tidak menciptakan timbunan sampah rumah tangga yang merupakan penyumbang sampah terbesar di bumi,” terang Dewa Gede.
“Yang terpenting dan paling sederhana untuk menjaga bumi adalah untuk saling mengingatkan, bahwa kita hidup sama-sama di bumi, jadi kita harus sama-sama juga merawatnya.” sambung Ulfah, salah satu peserta kegiatan dari unsur Mapala.
Hari Bumi tidak hanya soal tanggal 22 April, bagi kita sebagai makhluk yang tinggal di bumi harusnya Merayakan Hari Bumi Setiap Hari, meski hanya dengan melakukan hal-hal kecil.
“Jika perubahan tidak berawal dari kita, lantas siapa nanti yang akan menyelamatkan Bumi ini,” tandasnya. (yam)